Penulis Yang Terbayang Menjelang Musim Semi
Jika membaca novel pendek dari penulis Kim Yu-jeong seperti ‘Bunga
Kamelia’ dan ‘Musim Semi‘, siapa saja segera diselimuti dengan nuansa
musim semi. Karya novel pendek dari Kim Yu-jeong mengandung pemandangan
indah mengenai kampung halaman, sehingga warga masyarakat Korea
mengenang penulis Kim Yu-jeong menjelang musim semi. Hari ini, mari kita
telusuri kehidupan penulis Kim Yu-jeong.
Kehidupan Remaja Yang Terasa Menyedihkan
Sebenarnya, Kim Yu-jeong lahir di rumah keluarga kaya di kota
Chuncheon, provinsi Gangwon pada tanggal 12 Februari 1908. Walaupun
keluarganya terasa bahagia, namun saat dia berusia 7 tahun, ibunya
meninggal dunia akibat menderita penyakit, bahkan 2 tahun kemudian,
ayahnya juga meninggal dunia. Oleh karena itu, dia tinggal di rumah
abangnya dan selalu merasa rindu terhadap kedua orang-tuanya.
Akibatnya, kesehatannya tidak begitu baik dan mengalami kesulitan
dalam berbicara secara lancar, sehingga Kim Yu-jeong jarang berbicara.
Namun, dia sering menunjukkan foto ibunya kepada temannya yang kemudian
menjadi penulis novel bernama Ahn Hoi-nam(안회남). Demikianlah, Kim
Yu-jeong selalu memiliki rasa rindu terhadap ibu. Pada tahun 1928,
setelah dia menyaksikan penyanyi lagu tradisional Korea, Park Nok-ju
yang sangat mirip dengan ibunya, dia jatuh cinta padanya. Walaupun dia
menyatakan cintanya selama 2 tahun, penyanyi Park Nok-ju menolak
cintanya. Akibat luka hati dari cinta sepihak, Kim Yu-jeong mengalami
penyakit radang selaput dada dan pada tahun 1930, dia kembali ke kampung
halaman.
Kim Yu-jeong Mulai Menulis
Kim Yu-jeong yang kembali ke kampung halaman dalam usia 23 tahun
sering bergaul dengan warga masyarakat miskin. Di tengah-tengah seperti
itu, dia memandang kenyataan secara lebih tepat. Pada tahun 1932, dia
melakukan kampanye untuk mengajar masyarakat dengan memperkenalkan
huruf. Dengan giat melakukan aktivitas seperti itu, dia tenggelam dalam
pesona menulis. Setelah itu, Kim Yu-jeong mulai menulis novel dan
menampilkan karya pertama pada tahun 1933 lewat majalah sastra. Setelah
dia menjadi anggota dari pertemuan penulis ‘Guinhoi (구인회)’, kegiatan
pembuatan karya semakin menjadi aktif, sampai-sampai karyanya terus
termuat di dalam majalah sastra. Khususnya, pada tahun 1935, karyanya
berjudul ‘Hujan Deras’ dan ‘Bonanza’ terpilih sebagai karya terbaik dari
Harian Joseon dan Harian Joseon Jungang, sehingga Kim Yu-jeong menjadi
ikon sastra Korea pada tahun 30-an.
Mekarnya Keindahan Humor
Sastra Kim Yu-jeong yang mengungkapkan suasana desa petani lewat
humor tersendiri menyegarkan dunia sastra yang mengalami kemerosotan
pada waktu itu. Karyanya membuat warga masyarakat Korea memikirkan
ketidakadilan sosial lewat kehidupan kalangan miskin, dan juga
menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan bahasa secara efisien.
Demikianlah, karyanya memberikan kenikmatan khusus kepada warga
masyarakat Korea, namun sangat disayangkan Kim Yu-jeong meninggal dunia
pada tahun 1937 dalam usia 29 tahun, akibat penyakit radang selaput dada
dan TBC.
Namun, 30 karya novel, 12 esei, 6 surat dan catatan harian serta 2
karya novel terjemahan yang dibuat Kim Yu-jeong masih mendapat banyak
sorotan. Walaupun kehidupannya terasa sangat pendek seperti halnya musim
semi, namun sastra yang dia tinggalkan masih memekarkan sastra Korea
secara mewah.
Source :KBSWorld via ISM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar