Senin, 27 Februari 2012

Penulis Yang Mewakili Sastra Modern Korea, Kim Yu-jeong



 

Penulis Yang Terbayang Menjelang Musim Semi
Jika membaca novel pendek dari penulis Kim Yu-jeong seperti ‘Bunga Kamelia’ dan ‘Musim Semi‘, siapa saja segera diselimuti dengan nuansa musim semi. Karya novel pendek dari Kim Yu-jeong mengandung pemandangan indah mengenai kampung halaman, sehingga warga masyarakat Korea mengenang penulis Kim Yu-jeong menjelang musim semi. Hari ini, mari kita telusuri kehidupan penulis Kim Yu-jeong.

Kehidupan Remaja Yang Terasa Menyedihkan
Sebenarnya, Kim Yu-jeong lahir di rumah keluarga kaya di kota Chuncheon, provinsi Gangwon pada tanggal 12 Februari 1908. Walaupun keluarganya terasa bahagia, namun saat dia berusia 7 tahun, ibunya meninggal dunia akibat menderita penyakit, bahkan 2 tahun kemudian, ayahnya juga meninggal dunia. Oleh karena itu, dia tinggal di rumah abangnya dan selalu merasa rindu terhadap kedua orang-tuanya.

Akibatnya, kesehatannya tidak begitu baik dan mengalami kesulitan dalam berbicara secara lancar, sehingga Kim Yu-jeong jarang berbicara. Namun, dia sering menunjukkan foto ibunya kepada temannya yang kemudian menjadi penulis novel bernama Ahn Hoi-nam(안회남). Demikianlah, Kim Yu-jeong selalu memiliki rasa rindu terhadap ibu. Pada tahun 1928, setelah dia menyaksikan penyanyi lagu tradisional Korea, Park Nok-ju yang sangat mirip dengan ibunya, dia jatuh cinta padanya. Walaupun dia menyatakan cintanya selama 2 tahun, penyanyi Park Nok-ju menolak cintanya. Akibat luka hati dari cinta sepihak, Kim Yu-jeong mengalami penyakit radang selaput dada dan pada tahun 1930, dia kembali ke kampung halaman.

Kim Yu-jeong Mulai Menulis
Kim Yu-jeong yang kembali ke kampung halaman dalam usia 23 tahun sering bergaul dengan warga masyarakat miskin. Di tengah-tengah seperti itu, dia memandang kenyataan secara lebih tepat. Pada tahun 1932, dia melakukan kampanye untuk mengajar masyarakat dengan memperkenalkan huruf. Dengan giat melakukan aktivitas seperti itu, dia tenggelam dalam pesona menulis. Setelah itu, Kim Yu-jeong mulai menulis novel dan menampilkan karya pertama pada tahun 1933 lewat majalah sastra. Setelah dia menjadi anggota dari pertemuan penulis ‘Guinhoi (구인회)’, kegiatan pembuatan karya semakin menjadi aktif, sampai-sampai karyanya terus termuat di dalam majalah sastra. Khususnya, pada tahun 1935, karyanya berjudul ‘Hujan Deras’ dan ‘Bonanza’ terpilih sebagai karya terbaik dari Harian Joseon dan Harian Joseon Jungang, sehingga Kim Yu-jeong menjadi ikon sastra Korea pada tahun 30-an.

Mekarnya Keindahan Humor
Sastra Kim Yu-jeong yang mengungkapkan suasana desa petani lewat humor tersendiri menyegarkan dunia sastra yang mengalami kemerosotan pada waktu itu. Karyanya membuat warga masyarakat Korea memikirkan ketidakadilan sosial lewat kehidupan kalangan miskin, dan juga menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan bahasa secara efisien. Demikianlah, karyanya memberikan kenikmatan khusus kepada warga masyarakat Korea, namun sangat disayangkan Kim Yu-jeong meninggal dunia pada tahun 1937 dalam usia 29 tahun, akibat penyakit radang selaput dada dan TBC.

Namun, 30 karya novel, 12 esei, 6 surat dan catatan harian serta 2 karya novel terjemahan yang dibuat Kim Yu-jeong masih mendapat banyak sorotan. Walaupun kehidupannya terasa sangat pendek seperti halnya musim semi, namun sastra yang dia tinggalkan masih memekarkan sastra Korea secara mewah.



Post By : HGY
Source   :KBSWorld via ISM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar