Sejarah Singkat Korea
Mitologi Pendiri Korea dan Dangun
Mitologi Dangun
Hwanung yang merupakan anak putra dari Tuhan
Langit, Hwanin, turun ke bumi untuk baik memimpin dunia bersama Tuhan
Angin, Tuhan Awan, dan Tuhan Hujan, kemudian membangun 'kota Tuhan' di
gunung Taebaek (yang sekarang ditempati Gunung Myohang di Korea Utara).
Sementara itu, beruang dan harimau berdoa menjadi manusia kepada Hangwung, hingga mendapat jawaban bahwa mereka harus makan mugwort dan bawang putih dan tidak melihat sinar matahari selama 100 hari untuk menjadi manusia. Harimau gagal mengi kutinya, sedangkan beruang sanggup melakukannya, hingga sukses menjadi wanita, yakni Ungnyeo.
Ungnyeo berharap melahirkan anak, maka Hwangung menikah dengan Ungnyeo ini, hingga melahirkan anak laki-laki, bernama 'Dangun'. Dangun Wanggom membangun negara bernama 'Chosun' dan menentukan Pyeongyangsung sebagai ibu kota.
Dangun memimpin negara itu selama seribu 5 ratus tahun, dan hidup selama seribu 908 tahun, kemudian menjadi Tuhan Gunung. (menurut Catatan Samguk Yusa yang dituliskan mengenai berbagai fakta sejarah oleh biksu Iryon pada tahun 1281)
Sementara itu, beruang dan harimau berdoa menjadi manusia kepada Hangwung, hingga mendapat jawaban bahwa mereka harus makan mugwort dan bawang putih dan tidak melihat sinar matahari selama 100 hari untuk menjadi manusia. Harimau gagal mengi kutinya, sedangkan beruang sanggup melakukannya, hingga sukses menjadi wanita, yakni Ungnyeo.
Ungnyeo berharap melahirkan anak, maka Hwangung menikah dengan Ungnyeo ini, hingga melahirkan anak laki-laki, bernama 'Dangun'. Dangun Wanggom membangun negara bernama 'Chosun' dan menentukan Pyeongyangsung sebagai ibu kota.
Dangun memimpin negara itu selama seribu 5 ratus tahun, dan hidup selama seribu 908 tahun, kemudian menjadi Tuhan Gunung. (menurut Catatan Samguk Yusa yang dituliskan mengenai berbagai fakta sejarah oleh biksu Iryon pada tahun 1281)
Pemahaman Mitologi Dangun
Proses kelahiran Dangun dijelaskan sebagai proses nenek moyang bangsa Korea untuk menguasai bumi di Semenanjung Korea.
Adanya beberapa Tuhan tersebut mengungkapkan negara ini telah memiliki teknologi maju termasuk di bidang pertanian. Wungnyeo yang diinkarnasi dari beruang tersebut, merupakan sejenis mahluk bumi. Perkawinan Hwanung dan Wungnyeo menunjuk proses bahwa kekuatan yang baru datang dan kekuatan yang ada, yakni mahluk bumi, diharmoniskan, maka membentuk bangsa baru.
Dangun merupakan lambang pemimpin untuk bangsa baru ini. Oleh karena itu, bangsa Korea menyebutnya sendiri sebagai 'anak Dangun'.
Adanya beberapa Tuhan tersebut mengungkapkan negara ini telah memiliki teknologi maju termasuk di bidang pertanian. Wungnyeo yang diinkarnasi dari beruang tersebut, merupakan sejenis mahluk bumi. Perkawinan Hwanung dan Wungnyeo menunjuk proses bahwa kekuatan yang baru datang dan kekuatan yang ada, yakni mahluk bumi, diharmoniskan, maka membentuk bangsa baru.
Dangun merupakan lambang pemimpin untuk bangsa baru ini. Oleh karena itu, bangsa Korea menyebutnya sendiri sebagai 'anak Dangun'.
Gojoseon
Manusia mulai menghuni Semenanjung Korea dan daerah sekitarnya sekitar
700.000 tahun yang lalu. Zaman Neolitik dimulai kira-kira 8.000 tahun
lampau. Sisa-sisa peninggalan dari zaman ini bisa ditemukan di seluruh
Semenanjung Korea, terutama di daerah pantai dan daerah dekat
sungai-sungai besar.
Zaman Perunggu dimulai kira-kira tahun 1.500 sampai dengan tahun 2.000 SM di wilayah yang kini adalah Mongolia dan di Semenanjung Korea itu sendiri. Seiring dengan dimulainya peradaban ini, sejumlah besar sukubangsa muncul di wilayah Lioaning di Manchuria dan di bagian barat laut Korea. Suku-suku ini dipimpin oleh para pemimpin yang kemudian disatukan oleh Dangun, pemimpin legendaris bangsa Korea, menjadi Gojoseon (2333 SM).
Tanggal didirikannya negara baru ini adalah saksi dari panjangnya sejarah Korea. Warisan ini adalah juga sumber kebanggaan yang memberikan kekuatan pada bangsa Korea untuk tetap gigih berjuang pada masa-masa sulit.
Baju zirah yang dipakai oleh para prajurit Gaya dibuat dari pelatpelat baja panjang berbentuk persegi panjang, yang dihubungkan oleh paku-paku.
Zaman Perunggu dimulai kira-kira tahun 1.500 sampai dengan tahun 2.000 SM di wilayah yang kini adalah Mongolia dan di Semenanjung Korea itu sendiri. Seiring dengan dimulainya peradaban ini, sejumlah besar sukubangsa muncul di wilayah Lioaning di Manchuria dan di bagian barat laut Korea. Suku-suku ini dipimpin oleh para pemimpin yang kemudian disatukan oleh Dangun, pemimpin legendaris bangsa Korea, menjadi Gojoseon (2333 SM).
Tanggal didirikannya negara baru ini adalah saksi dari panjangnya sejarah Korea. Warisan ini adalah juga sumber kebanggaan yang memberikan kekuatan pada bangsa Korea untuk tetap gigih berjuang pada masa-masa sulit.
Baju zirah yang dipakai oleh para prajurit Gaya dibuat dari pelatpelat baja panjang berbentuk persegi panjang, yang dihubungkan oleh paku-paku.
Tiga Kerajaan dan Gaya
Negara kota-negara kota pada akhirnya bersatu menjadi
perserikatan-perserikatan suku dengan struktur politik yang rumit, yang
akhirnya berkembang menjadi kerajaan-kerajaan.
Di antara perserikatan-perserikatan suku yang bemacam-macam, Goguryeo (37 SM - 668), yang terletak di sepanjang bagian tengah dari Sungai Amnokgang (Sungai Yalu), merupakan yang pertama yang berkembang menjadi kerajaan.
Pasukan Goguryeo yang agresif menaklukkan suku-suku tetangga mereka satu demi satu, dan pada tahun 313 mereka menduduki pos-pos pertahanan Cina di Lolang.
Baekje (18 SM –660), yang awalnya adalah negara-kota yang terletak di sebelah selatan Sungai Hangang di daerah sekitar Seoul sekarang ini, adalah kerajaan konfederasi lain yang mirip dengan Goguryeo. Selama masa bertahtanya Raja Geunchogo (r.346 -375), Baekje berkembang menjadi negara kerajaan yang terpusat.
Silla (57 SM –935) terletak di ujung tenggara Semenanjung Korea and awalnya adalah kerajaan yang paling lemah dan paling terbelakang di antara ketiga kerajaan ini. Namun, karena secara geografis terlepas dari pengaruh Cina, Silla menjadi lebih terbuka terhadap kebiasaan kebiasaan serta ide-ide yang bukan berasal dari Cina.
Masyarakatnya dibangun berlandaskan tatanan Budha yang sudah maju, yang menonjol karena berorientasi pada perbedaan kelas, serta memiliki kesatuan militer yang khas, yang disebut Hwarang, karena terdiri dari prajurit - prajurit muda dari kelas bangsawan.
Gaya (42-562) bermula sebagai semacam konfederasi, yang dibentuk dari suku-suku dari Sungai Nakdonggang yang menggabungkan diri.
Di antara perserikatan-perserikatan suku yang bemacam-macam, Goguryeo (37 SM - 668), yang terletak di sepanjang bagian tengah dari Sungai Amnokgang (Sungai Yalu), merupakan yang pertama yang berkembang menjadi kerajaan.
Pasukan Goguryeo yang agresif menaklukkan suku-suku tetangga mereka satu demi satu, dan pada tahun 313 mereka menduduki pos-pos pertahanan Cina di Lolang.
Baekje (18 SM –660), yang awalnya adalah negara-kota yang terletak di sebelah selatan Sungai Hangang di daerah sekitar Seoul sekarang ini, adalah kerajaan konfederasi lain yang mirip dengan Goguryeo. Selama masa bertahtanya Raja Geunchogo (r.346 -375), Baekje berkembang menjadi negara kerajaan yang terpusat.
Silla (57 SM –935) terletak di ujung tenggara Semenanjung Korea and awalnya adalah kerajaan yang paling lemah dan paling terbelakang di antara ketiga kerajaan ini. Namun, karena secara geografis terlepas dari pengaruh Cina, Silla menjadi lebih terbuka terhadap kebiasaan kebiasaan serta ide-ide yang bukan berasal dari Cina.
Masyarakatnya dibangun berlandaskan tatanan Budha yang sudah maju, yang menonjol karena berorientasi pada perbedaan kelas, serta memiliki kesatuan militer yang khas, yang disebut Hwarang, karena terdiri dari prajurit - prajurit muda dari kelas bangsawan.
Gaya (42-562) bermula sebagai semacam konfederasi, yang dibentuk dari suku-suku dari Sungai Nakdonggang yang menggabungkan diri.
Kerajaan Silla dan Balhae
Sampai pertengahan abad keenam, Kerajaan Silla telah berhasil
menaklukkan negara kota-negara kota di sekitarnya serta menyatukan
mereka dalam Konfederasi Gaya.
Melalui aliansi dengan Dinasti Tang dari Cina, Silla mempersatukan Semenanjung Korea pada tahun 668 dan mencapai puncak kekuasaan dan kemakmurannya pada pertengahan abad kedelapan.
Silla berusaha menciptakan sebuah negara ideal yang berlandaskan pada agama Budha. Kuil Bulguksa dibangun pada periode Silla Bersatu. Akan tetapi, tatanan sosial yang berlandaskan agama Budha kian memburuk ketika kaum bangsawan semakin terlena dalam kenikmatan hidup yang bertam bah-tambah.
Silla berhasil memukul mundur serangan-serangan pasukan Dinasti Tang yang berusaha menaklukkan Goguryeo dan Baekje sampai tahun 676. Kemudian, pada tahun 698, masyarakat yang sebelumnya menjadi bagian dari Goguryeo, yang tinggal di bagian tengah agak selatan Manchuria, mendirikan Kerajaan Balhae. Penduduk Kerajaan Balhae tidak hanya terdiri dari bekas penduduk Goguryeo namun juga sejumlah besar penduduk Malgal.
Balhae mendirikan sebuah sistem pemerintahan yang terpusat pada lima ibukota wilayah, yang meniru struktur administratif kerajaan Goguryeo. Balhae memiliki kebudayaan maju yang berakar pada kebudayaan Goguryeo.
Kemakmuran Balhae mencapai puncaknya pada paruh pertama abad kesembilan dengan menduduki wilayah yang sangat luas yang mencapai Sungai Amur di sebelah utara dan Kaiyuan di bagian tengahselatan Manchuria sampai ke barat.
Kerajaan Balhae juga menjalin hubungan diplomatik dengan Turki dan Jepang. Balhae berdiri sampai tahun 926, ketika ia ditaklukkan oleh bangsa Khitan. Banyak dari kaum bangsawan Balhae, yang sebagian besar adalah keturunan Goguryeo, berpindah ke selatan dan bergabung dengan Dinasti Goryeo yang baru saja berdiri.
Melalui aliansi dengan Dinasti Tang dari Cina, Silla mempersatukan Semenanjung Korea pada tahun 668 dan mencapai puncak kekuasaan dan kemakmurannya pada pertengahan abad kedelapan.
Silla berusaha menciptakan sebuah negara ideal yang berlandaskan pada agama Budha. Kuil Bulguksa dibangun pada periode Silla Bersatu. Akan tetapi, tatanan sosial yang berlandaskan agama Budha kian memburuk ketika kaum bangsawan semakin terlena dalam kenikmatan hidup yang bertam bah-tambah.
Silla berhasil memukul mundur serangan-serangan pasukan Dinasti Tang yang berusaha menaklukkan Goguryeo dan Baekje sampai tahun 676. Kemudian, pada tahun 698, masyarakat yang sebelumnya menjadi bagian dari Goguryeo, yang tinggal di bagian tengah agak selatan Manchuria, mendirikan Kerajaan Balhae. Penduduk Kerajaan Balhae tidak hanya terdiri dari bekas penduduk Goguryeo namun juga sejumlah besar penduduk Malgal.
Balhae mendirikan sebuah sistem pemerintahan yang terpusat pada lima ibukota wilayah, yang meniru struktur administratif kerajaan Goguryeo. Balhae memiliki kebudayaan maju yang berakar pada kebudayaan Goguryeo.
Kemakmuran Balhae mencapai puncaknya pada paruh pertama abad kesembilan dengan menduduki wilayah yang sangat luas yang mencapai Sungai Amur di sebelah utara dan Kaiyuan di bagian tengahselatan Manchuria sampai ke barat.
Kerajaan Balhae juga menjalin hubungan diplomatik dengan Turki dan Jepang. Balhae berdiri sampai tahun 926, ketika ia ditaklukkan oleh bangsa Khitan. Banyak dari kaum bangsawan Balhae, yang sebagian besar adalah keturunan Goguryeo, berpindah ke selatan dan bergabung dengan Dinasti Goryeo yang baru saja berdiri.
Goryeo
Dinasti Goryeo (918 - 1392) didirikan oleh Wang Geon, seorang jenderal
yang mengabdi pada Gungye, pangeran pemberontak dari Kerajaan Silla. Ia
memilih kota kelahirannya sendiri Songak (kini Gaeseong di Korea Utara)
sebagai ibukota kerajaan, dan ia memproklamirkan tujuan memperoleh
kembali wilayah Kerajaan Goguryeo di timur laut Cina.
Wang Geon menamakan dinastinya Goryeo, yang darinya nama modern Korea berasal. Meskipun Dinasti Goryeo tidak berhasil mendapatkan kembali wilayah yang hilang, mereka berhasil membentuk suatu kebudayaan maju yang diwujudkan dalam bentuk cheongja atau seladon berwarna biru-hijau dan tradisi Budha yang amat berkembang.
Tidak kalah pentingnya adalah ditemukannya huruf cetak yang pertama di dunia pada tahun 1234, lebih awal dua abad dari ditemukannya Kitab Suci Gutenberg di Jerman.
Sekitar periode itu juga, para pengrajin kayu Korea telah menyelesaikan satu pekerjaan besar yakni memahat seluruh kanon ajaran agama Budha pada balokbalok kayu besar.
Balok-balok kayu ini, yang berjumlah lebih dari 80.000 buah, dibuat dengan maksud untuk memohon bantuan Sang Budha demi memukul mundur para penyerang dari Mongol.
Dinamakan Tripitaka Koreana, balok-balok kayu ini kini disimpan di Kuil Haeinsa yang bersejarah.
Wang Geon menamakan dinastinya Goryeo, yang darinya nama modern Korea berasal. Meskipun Dinasti Goryeo tidak berhasil mendapatkan kembali wilayah yang hilang, mereka berhasil membentuk suatu kebudayaan maju yang diwujudkan dalam bentuk cheongja atau seladon berwarna biru-hijau dan tradisi Budha yang amat berkembang.
Tidak kalah pentingnya adalah ditemukannya huruf cetak yang pertama di dunia pada tahun 1234, lebih awal dua abad dari ditemukannya Kitab Suci Gutenberg di Jerman.
Sekitar periode itu juga, para pengrajin kayu Korea telah menyelesaikan satu pekerjaan besar yakni memahat seluruh kanon ajaran agama Budha pada balokbalok kayu besar.
Balok-balok kayu ini, yang berjumlah lebih dari 80.000 buah, dibuat dengan maksud untuk memohon bantuan Sang Budha demi memukul mundur para penyerang dari Mongol.
Dinamakan Tripitaka Koreana, balok-balok kayu ini kini disimpan di Kuil Haeinsa yang bersejarah.
Joseon
Pada tahun 1392, Jenderal Yi Seong-gye mendirikan dinasti baru yang
disebut Joseon. Para penguasa awal Dinasti Joseon mendukung ajaran
Konfusianisme sebagai filsafat penuntun kerajaan, dengan tujuan melawan
pengaruh Budha yang dominan selama masa pemerintahan Dinasti Goryeo.
Para penguasa Joseon memerintah dinasti mereka dengan sistem politik yang sangat seimbang.
Sistem pengujian pamong praja merupakan alat utama dalam proses rekrutmen pegawai pemerintah. Ujian ini berfungsi sebagai tulang-punggung mobilitas sosial dan aktivitas intelektual periode ini. Masyarakat yang berorientasi pada Konfusianisme ini sangat menjunjung tinggi proses pembelajaran akademik, namun mereka meremehkan perdagangan dan industri manufaktur.
Selama bertahtanya Raja Sejong yang Agung (1418-1450), yang merupakan raja keempat dari Dinasti Joseon, bangsa Korea menikmati masa berkembangnya kebudayaan dan kesenian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di bawah bimbingan Raja Sejong, kaum cendekia pada akademi kerajaan menciptakan alfabet Korea yang bernama Hangeul. Huruf ini kemudian dinamakan Hunminjeongeum, atau “sistem fonetik yang tepat untuk mendidik masyarakat.”
Raja Sejong juga memiliki minat yang luas pada ilmu astronomi.
Jam matahari, bola-bola angkasa, serta peta-peta astronomi diciptakan atas dasar permintaannya. Selanjutnya, Raja Sejo (r.1455-1468) menyusun kerangka institusional bagi pemerintah dengan menerbitkan sebuah ikhtisar peraturan perundang-undangan, yang disebut Gyeongguk Daejeon.
Pada tahun 1592, Jepang menyerbu Semenanjung Korea untuk melancarkan jalan menuju Cina. Di laut, Laksamana Yi Sun-sin (1545-1598), salah satu dari sejumlah tokoh yang paling dihormati di Korea, memimpin serangkaian manuver-manuver ulung melawan pasukan Jepang, dengan mengirimkan geobukseon (kapal-kapal penyu), yang dipercaya sebagai kapal perang pertama di dunia yang dilapisi besi.
Sejak awal abad tujuh belas, sebuah gerakan yang menganjurkan Silhak, atau pembelajaran mengenai hal-hal praktis, memperoleh momentum yang cukup banyak di antara cendekiawan-pejabat yang berpikiran liberal sebagai alat untuk membangun suatu bangsa yang modern.
Mereka sangat menganjurkan dilaksanakannya perbaikan-perbaikan dalam bidang pertanian dan industri, sejalan dengan dilakukannya reformasi-reformasi menyeluruh dalam hal pembagian tanah. Namun bagaimanapun juga, para bangsawan dari pemerintahan yang konservatif belum siap untuk melakukan perubahan yang sedrastis itu.
Pada paruh kedua masa pemerintahan Dinasti Joseon, administrasi pemerintahan dan kaum kelas atas ditandai oleh faksionalisme atau pembentukan golongan-golongan yang muncul berulang-ulang. Untuk membereskan situasi politik yang tidak diinginkan, Raja Yeongjo (r.1724-1776) akhirnya mengambil kebijakan yang tidak berpihak. Dengan demikian ia mampu memperkuat kembali kewenangan raja dan menciptakan stabilitas politik.
Raja Jeongjo (r.1776-1800) berhasil mempertahankan politik tidak memihak dan mendirikan perpustakaan kerajaan untuk menyimpan dokumen-dokumen dan catatan-catatan kerajaan.
Lukisan yang menggambarkan sebuah geobukseon, yang dipercaya sebagai kapal perang pertama di dunia yang dilapisi besi
Ia juga memprakarsai reformasi-reformasi lain dalam bidang politik dan kebudayaan.
Pada periode ini sistem Silhak berkembang pesat. Sejumlah cendekiawan terkemuka menulis karya-karya progresif yang menganjurkan dilaksanakannya reformasi-reformasi dalam bidang pertanian dan kebudayaan, namun hanya sedikit pemikiran mereka yang diadopsi oleh pemerintah.
Para penguasa Joseon memerintah dinasti mereka dengan sistem politik yang sangat seimbang.
Sistem pengujian pamong praja merupakan alat utama dalam proses rekrutmen pegawai pemerintah. Ujian ini berfungsi sebagai tulang-punggung mobilitas sosial dan aktivitas intelektual periode ini. Masyarakat yang berorientasi pada Konfusianisme ini sangat menjunjung tinggi proses pembelajaran akademik, namun mereka meremehkan perdagangan dan industri manufaktur.
Selama bertahtanya Raja Sejong yang Agung (1418-1450), yang merupakan raja keempat dari Dinasti Joseon, bangsa Korea menikmati masa berkembangnya kebudayaan dan kesenian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di bawah bimbingan Raja Sejong, kaum cendekia pada akademi kerajaan menciptakan alfabet Korea yang bernama Hangeul. Huruf ini kemudian dinamakan Hunminjeongeum, atau “sistem fonetik yang tepat untuk mendidik masyarakat.”
Raja Sejong juga memiliki minat yang luas pada ilmu astronomi.
Jam matahari, bola-bola angkasa, serta peta-peta astronomi diciptakan atas dasar permintaannya. Selanjutnya, Raja Sejo (r.1455-1468) menyusun kerangka institusional bagi pemerintah dengan menerbitkan sebuah ikhtisar peraturan perundang-undangan, yang disebut Gyeongguk Daejeon.
Pada tahun 1592, Jepang menyerbu Semenanjung Korea untuk melancarkan jalan menuju Cina. Di laut, Laksamana Yi Sun-sin (1545-1598), salah satu dari sejumlah tokoh yang paling dihormati di Korea, memimpin serangkaian manuver-manuver ulung melawan pasukan Jepang, dengan mengirimkan geobukseon (kapal-kapal penyu), yang dipercaya sebagai kapal perang pertama di dunia yang dilapisi besi.
Sejak awal abad tujuh belas, sebuah gerakan yang menganjurkan Silhak, atau pembelajaran mengenai hal-hal praktis, memperoleh momentum yang cukup banyak di antara cendekiawan-pejabat yang berpikiran liberal sebagai alat untuk membangun suatu bangsa yang modern.
Mereka sangat menganjurkan dilaksanakannya perbaikan-perbaikan dalam bidang pertanian dan industri, sejalan dengan dilakukannya reformasi-reformasi menyeluruh dalam hal pembagian tanah. Namun bagaimanapun juga, para bangsawan dari pemerintahan yang konservatif belum siap untuk melakukan perubahan yang sedrastis itu.
Pada paruh kedua masa pemerintahan Dinasti Joseon, administrasi pemerintahan dan kaum kelas atas ditandai oleh faksionalisme atau pembentukan golongan-golongan yang muncul berulang-ulang. Untuk membereskan situasi politik yang tidak diinginkan, Raja Yeongjo (r.1724-1776) akhirnya mengambil kebijakan yang tidak berpihak. Dengan demikian ia mampu memperkuat kembali kewenangan raja dan menciptakan stabilitas politik.
Raja Jeongjo (r.1776-1800) berhasil mempertahankan politik tidak memihak dan mendirikan perpustakaan kerajaan untuk menyimpan dokumen-dokumen dan catatan-catatan kerajaan.
Lukisan yang menggambarkan sebuah geobukseon, yang dipercaya sebagai kapal perang pertama di dunia yang dilapisi besi
Ia juga memprakarsai reformasi-reformasi lain dalam bidang politik dan kebudayaan.
Pada periode ini sistem Silhak berkembang pesat. Sejumlah cendekiawan terkemuka menulis karya-karya progresif yang menganjurkan dilaksanakannya reformasi-reformasi dalam bidang pertanian dan kebudayaan, namun hanya sedikit pemikiran mereka yang diadopsi oleh pemerintah.
Pendudukan Jepang dan Gerakan Kemerdekaan
Pada abad ke-19, Korea merupakan ”erajaan Pertapa,”yang bersikeras untuk
tidak menuruti permintaan-permintaan dunia barat untuk membangun
hubungan diplomatik dan perdagangan.
Seiring berjalannya waktu, beberapa negara Asia dan Eropa yang memiliki ambisi-ambisi imperialistik bersaing satu dengan yang lain untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang, setelah menang perang melawan Cina dan Rusia, secara paksa menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun 1910.
Pemerintahan kolonial membangkitkan semangat patriotisme bangsa Korea.
Kaum terdidik Korea dibuat marah oleh kebijakan resmi asimilasi yang diberlakukan oleh pemerintah Jepang, yang bahkan melarang pendidikan bahasa Korea di sekolah-sekolah Korea. Pada tanggal 1 Maret 1919, demonstrasi damai menuntut kemerdekaan menyebar ke seluruh wilayah Korea.
Aparat Jepang bertindak sangat keras terhadap para demonstran dan para pendukungnya serta membantai ribuan jiwa. Walaupun gagal, Gerakan Kemerdekaan 1 Maret ini menciptakan ikatan yang kuat di antara rakyat Korea berkaitan dengan identitas nasional dan semangat patriotisme mereka.
Gerakan ini bermuara pada didirikannya Pemerintah Sementara di Shanghai, Cina, serta perjuangan bersenjata yang terorganisir melawan kaum kolonial Jepang di Manchuria. Gerakan Kemerdekaan ini masih diperingati oleh masyarakat Korea tiap tanggal 1 Maret, yang akhirnya diresmikan menjadi hari libur nasional.
Selama masa penjajahan, ekploitasi ekonomi Jepang terhadap Korea terus berlanjut. Kehidupan bangsa Korea memburuk selama masa penjajahan sampai akhir Perang Dunia II tahun 1945.
Seiring berjalannya waktu, beberapa negara Asia dan Eropa yang memiliki ambisi-ambisi imperialistik bersaing satu dengan yang lain untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang, setelah menang perang melawan Cina dan Rusia, secara paksa menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun 1910.
Pemerintahan kolonial membangkitkan semangat patriotisme bangsa Korea.
Kaum terdidik Korea dibuat marah oleh kebijakan resmi asimilasi yang diberlakukan oleh pemerintah Jepang, yang bahkan melarang pendidikan bahasa Korea di sekolah-sekolah Korea. Pada tanggal 1 Maret 1919, demonstrasi damai menuntut kemerdekaan menyebar ke seluruh wilayah Korea.
Aparat Jepang bertindak sangat keras terhadap para demonstran dan para pendukungnya serta membantai ribuan jiwa. Walaupun gagal, Gerakan Kemerdekaan 1 Maret ini menciptakan ikatan yang kuat di antara rakyat Korea berkaitan dengan identitas nasional dan semangat patriotisme mereka.
Gerakan ini bermuara pada didirikannya Pemerintah Sementara di Shanghai, Cina, serta perjuangan bersenjata yang terorganisir melawan kaum kolonial Jepang di Manchuria. Gerakan Kemerdekaan ini masih diperingati oleh masyarakat Korea tiap tanggal 1 Maret, yang akhirnya diresmikan menjadi hari libur nasional.
Selama masa penjajahan, ekploitasi ekonomi Jepang terhadap Korea terus berlanjut. Kehidupan bangsa Korea memburuk selama masa penjajahan sampai akhir Perang Dunia II tahun 1945.
Berdirinya Republik Korea
Masyarakat Korea menyambut gembira kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.
Namun kegembiraan mereka tidak berlangsung lama. Pembebasan mereka tidak serta-merta membawa kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan keras oleh rakyat Korea.
Justru pembebasan ini berakhir dengan terpecahnya Korea oleh perbedaan-perbedaan ideologis yang disebabkan oleh munculnya Perang Dingin.
Upaya-upaya rakyat Korea untuk mendirikan pemerintah yang independen tidak terlaksana karena pasukan Amerika Serikat menduduki bagian selatan Semenanjung Korea, sedangkan pasukan Uni Soviet menguasai bagian utara.
Pada bulan November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) menyepakati sebuah resolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di Korea di bawah pengawasan sebuah Komisi PBB.
Akan tetapi, Uni Soviet menolak untuk mematuhi resolusi tersebut dan menolak masuknya Komisi PBB ke bagian paruh utara Korea.
Majelis Umum PBB kemudian membuat resolusi lain yang menuntut diadakannya pemilihan umum di wilayah-wilayah yang bisa dimasuki oleh Komisi PBB. Pemilihan umum pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 1948, di wilayah-wilayah di sebelah selatan garis lintang 38.
Garis lintang ini pada akhirnya membagi Semenanjung Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara.
Pejabat-pejabat tinggi Pemerintah Sementara Korea di Shanghai berpose untuk foto peringatan pada tahun 1945.
Syngman Rhee dipilih menjadi Presiden pertama Republik Korea pada tahun 1948. Sementara itu, di sebelah utara garis lintang 38, pemerintah komunis didirikan di bawah kepemimpinan Kim Il-sung.
Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan invasi militer berskala penuh tanpa didahului oleh provokasi apapun ke Korea Selatan, yang kemudian memicu perang selama tiga tahun yang melibatkan Amerika Serikat, Cina, dan kekuatan-kekuatan asing lain.
Seantero Semenanjung Korea mengalami kehancuran karena konflik tersebut.
Gencatan senjata ditandatangani pada bulan Juli 1953.
Pembangunan ekonomi Korea yang berorientasi pada pertumbuhan dan didominasi oleh ekspor sejak tahun 1960-an terjadi begitu pesatnya sehingga Korea memperoleh julukan “"Keajaiban di Sungai Hangang”" pada tahun 1970-an.
Berikutnya, Seoul sukses menjadi tuan rumah Olimpiade ke-24 pada tahun 1988, dan Korea bersama dengan Jepang menjadi tuan rumah pertandingan final sepakbola Piala Dunia FIFA 2002.
Melalui peristiwaperistiwa ini, Korea telah berhasil menunjukkan pada dunia warisan budayanya yang kaya dan kecintaannya akan seni, serta teknologinya yang modern. Pada tahun 1950-an Korea masuk dalam daftar negara-negara miskin.
Kini, ekonomi Korea merupakan yang terbesar ke-13 di dunia, dan bangsa Korea semakin yakin akan mampu menjadi pemimpin ekonomi global di milenium yang baru ini.
Republik Korea secara terus-menerus telah mengikuti jalan setapak menuju demokrasi yang matang dan sistem ekonomi yang didasarkan pada pasar. Meski sisa-sisa Perang Dingin masih tertinggal di Semenanjung Korea, Korea masa kini berada dalam posisi mantap untuk melaksanakan proses tinggal landas ekonomi yang baru.
Kedua bangsa Korea juga sedang berupaya menciptakan struktur perdamaian yang mampu bertahan lama di Semenanjung Korea serta menciptakan kemakmuran bersama antara Korea Selatan dan Korea Utara melalui perdamaian, rekonsiliasi, dan kerjasama.
Namun kegembiraan mereka tidak berlangsung lama. Pembebasan mereka tidak serta-merta membawa kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan keras oleh rakyat Korea.
Justru pembebasan ini berakhir dengan terpecahnya Korea oleh perbedaan-perbedaan ideologis yang disebabkan oleh munculnya Perang Dingin.
Upaya-upaya rakyat Korea untuk mendirikan pemerintah yang independen tidak terlaksana karena pasukan Amerika Serikat menduduki bagian selatan Semenanjung Korea, sedangkan pasukan Uni Soviet menguasai bagian utara.
Pada bulan November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) menyepakati sebuah resolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di Korea di bawah pengawasan sebuah Komisi PBB.
Akan tetapi, Uni Soviet menolak untuk mematuhi resolusi tersebut dan menolak masuknya Komisi PBB ke bagian paruh utara Korea.
Majelis Umum PBB kemudian membuat resolusi lain yang menuntut diadakannya pemilihan umum di wilayah-wilayah yang bisa dimasuki oleh Komisi PBB. Pemilihan umum pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 1948, di wilayah-wilayah di sebelah selatan garis lintang 38.
Garis lintang ini pada akhirnya membagi Semenanjung Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara.
Pejabat-pejabat tinggi Pemerintah Sementara Korea di Shanghai berpose untuk foto peringatan pada tahun 1945.
Syngman Rhee dipilih menjadi Presiden pertama Republik Korea pada tahun 1948. Sementara itu, di sebelah utara garis lintang 38, pemerintah komunis didirikan di bawah kepemimpinan Kim Il-sung.
Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan invasi militer berskala penuh tanpa didahului oleh provokasi apapun ke Korea Selatan, yang kemudian memicu perang selama tiga tahun yang melibatkan Amerika Serikat, Cina, dan kekuatan-kekuatan asing lain.
Seantero Semenanjung Korea mengalami kehancuran karena konflik tersebut.
Gencatan senjata ditandatangani pada bulan Juli 1953.
Pembangunan ekonomi Korea yang berorientasi pada pertumbuhan dan didominasi oleh ekspor sejak tahun 1960-an terjadi begitu pesatnya sehingga Korea memperoleh julukan “"Keajaiban di Sungai Hangang”" pada tahun 1970-an.
Berikutnya, Seoul sukses menjadi tuan rumah Olimpiade ke-24 pada tahun 1988, dan Korea bersama dengan Jepang menjadi tuan rumah pertandingan final sepakbola Piala Dunia FIFA 2002.
Melalui peristiwaperistiwa ini, Korea telah berhasil menunjukkan pada dunia warisan budayanya yang kaya dan kecintaannya akan seni, serta teknologinya yang modern. Pada tahun 1950-an Korea masuk dalam daftar negara-negara miskin.
Kini, ekonomi Korea merupakan yang terbesar ke-13 di dunia, dan bangsa Korea semakin yakin akan mampu menjadi pemimpin ekonomi global di milenium yang baru ini.
Republik Korea secara terus-menerus telah mengikuti jalan setapak menuju demokrasi yang matang dan sistem ekonomi yang didasarkan pada pasar. Meski sisa-sisa Perang Dingin masih tertinggal di Semenanjung Korea, Korea masa kini berada dalam posisi mantap untuk melaksanakan proses tinggal landas ekonomi yang baru.
Kedua bangsa Korea juga sedang berupaya menciptakan struktur perdamaian yang mampu bertahan lama di Semenanjung Korea serta menciptakan kemakmuran bersama antara Korea Selatan dan Korea Utara melalui perdamaian, rekonsiliasi, dan kerjasama.
Lambang Korea
Bendera Nasional : Taegeukgi
Bendera kebangsaan Korea disebut Taegeukgi. Rancangan bendera ini
melambangkan prinsip-prinsip yin dan yang dalam filsafat Asia. Lingkaran
di tengah bendera dibagi menjadi dua bagian yang sama besar. Bagian
atas yang berwarna merah melambangkan kekuatan-kekuatan kosmik yang
bersifat proaktif. Sebaliknya, bagian bawah yang berwarna biru
melambangkan kekuatan-kekuatan yin yang bersifat responsif.
Kedua kekuatan ini membentuk konsep mengenai gerakan yang
terus-menurus, keseimbangan, serta harmoni yang menjadi ciri dan dunia
tak terbatas. Lingkaran ini dikelilingi oleh empat trigram, yakni satu
trigram pada masing-masing sudutnya.
Tiap trigram melambangkan satu dari keempat unsur alam semesta :
Gun(langit)【】, Gon(bumi)【】, Gam(api)【】, Ri(air)【 】
Bunga Nasional : Mugunghwa
Bunga Nasional Korea adalah Mugunghwa atau Bunga Mawar dari Sharon.
Mugunghwa melambangkan Korea dan mempunyai arti “bunga yang tidak pernah
berhenti berkembang”
Jika melihat dokumen lama, Bangsa Korea sangat menyayangi Mugunghwa.
Di dalam lagu kebangsaan “Aegukga” terdapat lirik “Mugunghwa yang
berkembang di tanah air sepanjang 1,000km”. Setelah merdeka, Mugunghwa
dinobatkan secara langsung untuk menjadi bunga nasional Korea.
Mugunghwa selalu berbunga, 1 pohon dapat menghasilkan 2,000~3,000
buah bunga. Mugunghwa mempunyai daya tahan yang kuat terhadap polusi,
oleh karena itu Mugunghwa sungguh melambangkan keinginan bangsa Korea
untuk berjaya selamanya.
Lagu Kebangsaan : Aegukga
Lagu Kebangsaan Korea adalah Aegukga yang artinya lagu yang mencintai
negara. Lirik Aegukga mulai digunakan pada tahun 1907, pada saat
kedaulatan Korea dalam keadaan darurat karena adanya serangan dari musuh
luar negeri.
Setelah pemerintah Korea dibentuk, dimulai dari tahun 1948 lagu
Aegukga yang dikomposisi oleh seorang musikus bernama Ahn Ik-tae,
Aegukga mulai digunakan pada acara-acara resmi pemerintah Korea dan
diperkenalkan dengan cara dimuat di buku-buku pelajaran SD, SMP, SMU
Korea.
Lagu Aegukga selalu dinyanyikan dengan sepenuh hati dan pada saat Aegukga diperdengarkan, para pendengar akan berdiri.
Geografi
Lokasi
Korea yang terdiri dari semenanjung serta 3200 buah pulau yang besar dan kecil, terletak di bagian timur laut dari benua Asia. Korea tereletak bersebelahan dengan wilayah laut, Rusia dan Cina dari arah ke utara, serta berhadapan dengan Jepang dari arah selatan. Korea berada di semenanjung sebelah Selatan Benua Asia Timur, yaitu pada garis Lintang Utara 33°-38° dan 124°-132° Bujur Timur.
Korea terletak di Semenanjung Korea, yang membentang sepanjang 1.100
kilometer dari utara ke selatan. Semenanjung Korea berada di bagian
timur laut benua Asia, di mana perairan Korea bertemu dengan bagian
paling barat Samudra Pasifik. Semenanjung ini berbatasan dengan Cina dan
Rusia di sebelah utara. Di bagian timur terdapat Laut Timur, di mana
Jepang terletak di seberangnya.
Di bagian barat terdapat Laut Kuning. Di samping daratan utama, wilayah Korea juga mencakup kira-kira 3.200 pulau. Wilayah Korea secara keseluruhanmencakup 223.098 kilometer persegi, hampir seluas Inggris atau Ghana.
Sekitar 45 persen dari wilayah ini, atau 99.678 kilometer persegi, dianggap sebagai wilayah untuk bercocok tanam, namun tidak mencakup wilayah wilayah yang direklamasi. Daerah-daerah pegunungan meliputi kira-kira duapertiga dari wilayah seperti Portugal, Hongaria, atau Irlandia.
Pegunungan Taebaeksan terbentang sepanjang pantai timur, dimana deburan ombak telah menciptakan tebing-tebing curam dan pulau-pulau kecil yang berbatu-batu. Lereng-lereng barat dan selatan pegunungan ini tidak terlalu curam, yang membentuk Geografi Daerah-daerah Perbatasan Korea Titik terjauh Tempat Koordinat Sebelah Utara Yuwonjin, Propinsi Hamgyeongbuk-do 43o 00’'42”N Sebelah Selatan Pulau Marado, Propinsi Otonomi Khusus Jeju 33o 06’'43”N Sebelah Timur Pulau Dokdo, Propinsi Gyeongsangbuk-do 131o 52’'21”E Sebelah Barat Pulau Maando, Propinsi Pyeonganbuk-do 124o 11’'04”"E Sumber : Institut Informasi Geografi Nasional dataran-dataran serta pulau-pulau di tepi pantai yang dikelilingi oleh teluk-teluk kecil.
Di bagian barat terdapat Laut Kuning. Di samping daratan utama, wilayah Korea juga mencakup kira-kira 3.200 pulau. Wilayah Korea secara keseluruhanmencakup 223.098 kilometer persegi, hampir seluas Inggris atau Ghana.
Sekitar 45 persen dari wilayah ini, atau 99.678 kilometer persegi, dianggap sebagai wilayah untuk bercocok tanam, namun tidak mencakup wilayah wilayah yang direklamasi. Daerah-daerah pegunungan meliputi kira-kira duapertiga dari wilayah seperti Portugal, Hongaria, atau Irlandia.
Pegunungan Taebaeksan terbentang sepanjang pantai timur, dimana deburan ombak telah menciptakan tebing-tebing curam dan pulau-pulau kecil yang berbatu-batu. Lereng-lereng barat dan selatan pegunungan ini tidak terlalu curam, yang membentuk Geografi Daerah-daerah Perbatasan Korea Titik terjauh Tempat Koordinat Sebelah Utara Yuwonjin, Propinsi Hamgyeongbuk-do 43o 00’'42”N Sebelah Selatan Pulau Marado, Propinsi Otonomi Khusus Jeju 33o 06’'43”N Sebelah Timur Pulau Dokdo, Propinsi Gyeongsangbuk-do 131o 52’'21”E Sebelah Barat Pulau Maando, Propinsi Pyeonganbuk-do 124o 11’'04”"E Sumber : Institut Informasi Geografi Nasional dataran-dataran serta pulau-pulau di tepi pantai yang dikelilingi oleh teluk-teluk kecil.
Teritorial
Luas Wilayah
Total Luas Semenanjung Korea : 222 ribu 300㎢
Luas Teritorial Korea Selatan : 99 ribu 600㎢ (45% dari total luas Semenajung Korea)
Luas Teritorial Korea Selatan : 99 ribu 600㎢ (45% dari total luas Semenajung Korea)
Ciri khas Bentuk Geografis
Negara Korea berbentuk semenanjung yang memanjang dari utara ke
selatan, namun jarak dari timur ke barat lebih panjang apabila
pulau-pulau yang kecil juga dimasukkan. Panjang semenanjung Korea lebih
kurang 840km dari selatan ke utara dan 1.200km dari timur ke barat.
Korea terdiri dari bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengelilingi hampir 75% dari kawasannya.
Bukit-bukit rendah menjadi ciri utama di daerah selatan dan barat, serta gunung-gunung yang lebih tinggi terdapat di daerah timur dan utara.
Gunung dan Sungai
Gunung yang paling tinggi di seluruh semenanjung Korea, adalah
Gunung Baekdu(2.744m), sedangkan Gunung Hanla(1.950m) paling tinggi di
Korea Selatan.
Sebagian besar sungai-sungai di Korea mengalir dari timur ke barat.
Sungai yang paling panjang di seluruh semenanjung Korea, adalah Sungai Amnok(790,7km) dan sungai yang paling panjang di Korea Selatan adalah Sungai Nakdong(525,15km). Selain itu, sejumlah sungai memiliki panjang melebihi 400km, seperti Sungai Duman (431,1km) dan Sungai Daedong(450,3km) di Korea Utara, dan Sungai Han(514,4km) dan Sungai Geum(401,4km) di Korea Selatan.
Garis Perbatasan
Sungai Amnok dan Duman memisahkan semenanjung Korea dari Cina dan Rusia di utara.
3 bagian semenanjung Korea berhadapan dengan laut, yakni dengan Jepang di Laut Timur, dengan Cina di Laut Barat dan dengan samudera Pasifik di Laut Selatan.
Iklim
Iklim di Korea bersifat iklim benua dan juga iklim samudra.
Perubahan 4 jenis musim sangat jelas, hingga panas dan lembab di musim
panas, sedangkan dingin dan kering di musim dingin.
Musim Panas
Masa yang paling panas dalam setahun, mulai bulan
Juni hingga Agustus. Pada bulan Agustus suhu rata-rata berkisar 25,4℃.
Karena 3 bagian semenanjung Korea dikelilingi laut, hingga musim panas
sangat sesuaI dengan olahraga di laut. Musim berenang di pantai
merupakan bulan Juli dan Agustus.
Musim Dingin
Masa yang paling dingin dalam setahun, mulai bulan Desember hingga bulan Pebruari. Suhu rata-rata berkisar -8℃ di daerah Utara, dan 0℃ di daerah Laut Selatan. Di musim dingin masyarakat Korea bisa menikmati olahraga di musim dingin dan pariwisata salju. Di kawasan pegunungan daerah timur, salju cukup banyak turun, hingga daerah permainan ski dan kawasan papan luncur salju dapat dinikmati mulai bulan Desember hingga bulan Pebruari.
Musim Semi dan Musim Gugur
Di musim semi mulai bulan Maret hingga Mei, dan
musim gugur mulai bulan September hingga Nopember, tidak dingin dan juga
tidak panas, hingga sesuai untuk berjalan-jalan. Di musim semi hujan
relatif lebih banyak turun daripada di musim gugur, namun suhu udara
cukup enak dan pemandangan disertai bunga dan pohon-pohon, indah sekali,
jadi sesuai untuk berjalan-jalan. Di musim gugur udara sangat cerah,
hingga paling sesuai untuk berjalan-jalan. Oleh karena itu, kebanyakan
festival dan acara olahraga diselenggarakan di musim gugur.
Curah Hujan
Curah hujan rata-rata per tahun 1260㎜. 50% hujan dari seluruh curah hujan, turun mulai bulan Juni hingga awal bulan September.
Musim Hujan
Mulai akhir bulan Juni hingga pertengahan bulan Juli merupakan musim hujan di Korea.
Suhu Udara Rata-rata Setiap Bulan (di Seoul selama 30 tahun lalu/unit=℃)
Monat | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
Temp. in ℃ | -2.5 | -0.3 | 5.2 | 12.1 | 17.4 | 21.9 | 24.9 | 25.4 | 20.8 | 14.4 | 6.9 | 0.2 |
Bencana Iklim
Cirikhas : Bencana di daratan seperti gempa bumi, jarang terjadi, sebagian besar bencana alam adalah seperti topan, hujan deras, salju lebat, musim dingin yang hangat, kerugian akibat cuaca dingin dan sebagainya.Topan - Diantara sekitar 28 topan yang terjadi setiap tahun di samudra Pasifik Utara, 2~3 topan yang melewati semenanjung Korea menimbulkan bencana.
Hujan Deras - Biasanya hujan deras membawa bencana di musim panas. Kini kerugian akibat hujan deras cenderung semakin sering terjadi.
Banjir - Meskipun pengendalian banjir lancar dilakukan berkat adanya pembangunan bendungan multiguna, namun terkadang terjadi kerugian banjir akibat hujan deras, musim hujan yang panjang dan sebagainya.
Post by : Hwa Geum Yeon
Source : KBS World & Korean culture
ijin contek chingu, tentu sumber akan disertakan :)
BalasHapus