Chunhyangjeon
Sampul novel Chunhyangjeon yang diterbitkan pada awal abad ke-20.
Chunhyangjeon
atau Kisah Chunhyang (춘향전;春香傳) adalah sebuah novel klasik mengenai romansa
percintaan sepasang
kekasih di Korea pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).
Sejarah
Chunhyangjeon
ditulis pada periode akhir Dinasti Joseon (abad ke-17 sampai ke-18).
Cerita novel ini didasarkan pada narasi pansori
(opera
tradisional) dan penulisnya tak diketahui. Dikarenakan narasi pansori
diwariskan secara oral (dari mulut ke mulut) maka sulit untuk mengetahui asal
usulnya. Kisah Chunhyang dalam versi pansori dinamakan Chunhyang-ga (Nyanyian
Chunhyang). Kisah Chunhyang ditulis pada periode akhir Dinasti Joseon
di mana sistem kelas sosial sudah mulai goyah. Kisah ini merefleksikan cinta
seorang gisaeng
(penghibur) dari kelas bawah dengan anak bangsawan sehingga disenangi rakyat
yang memimpikan kebebasan dan harapan akan masa depan. Versi Chunhyangjeon
mencapai 120 cerita yang berbeda-beda karena ceritanya terus berubah dan
disesuiakan dengan periode tertentu.
Cerita
Novel
Chunhyangjeon bercerita mengenai sepasang kekasih, yakni Chunhyang dan Lee Mong-ryeong. Chunhyang
adalah seorang gisaeng
dari kalangan rakyat biasa yang menjalin hubungan cinta dengan Mong-ryeong,
yang merupakan seorang putra gubernur kota Namwon, provinsi Jeolla Utara.
Hubungan
mereka tidak direstui oleh orang tua mereka sehingga akhirnya mereka menikah
secara diam-diam. Namun Mong-ryeong terpaksa harus pergi ke ibukota, Hanyang saat masa jabatan
ayahnya akan segera berakhir. Mong-ryeong berjanji ia akan segera kembali
menemui Chunhyang setelah pulang mengikuti ujian sipil kenegaraan
di Hanyang.
Sementara
itu di Namwon, seorang gubernur baru ditunjuk
untuk menggantikan ayah Mong-ryeong. Gubernur tersebut dikenal bernama Byon
Hak-do. Chunhyang dipanggil untuk menghibur gubernur tersebut, namun karena ia
sudah menikah maka ia menolak permintaan itu, akibatnya Chunhyang dipenjara dan
disiksa. Rencananya Chunhyang akan dieksekusi pada hari ulang tahun gubernur
tersebut.
Akhirnya
Lee Mong-ryeong menemukan Chunhyang di penjara
namun ia sendiri tampak lusuh. Chunhyang sangat khawatir akan keadaan
Mong-ryeong dan menyesal tidak bisa melakukan apa-apa. Tiba saatnya pesta ulang tahun
diselenggarakan dan Chunhyang akan dieksekusi. Namun sebelum akan dihukum,
seorang agen rahasia menculiknya, yang tak lain adalah Lee Mong-ryeong.
Mong-ryeong menyelamatkan Chunhyang dan akhirnya keduanya hidup bahagia.
Film
Kisah
Chunhyang telah diangkat sebagai film
pertama Korea yang dibuat pada tahun 1935 oleh sutradara Lee Myeong-woo. Film ini
dianggap memiliki kualitas yang kurang baik karena kru pembuat film tidak tahu
cara menggunakan mesinnya dan mereka harus melakukan alih suara setelah film
dibuat. Film ini dibuat oleh rumah produksi Gyeongseong Product. Namun begitu
film ini menjadi terkenal dan diputar di bioskop dalam waktu yang lama
Pada
tahun 2000, sutradara Im Kwon-taek mengangkat
Kisah Chunhyang ke dalam film.
Film ini berhasil menjadi film pertama Korea yang berkompetisi dalam Festival Film Cannes.
Hyangdeok (?-?;향덕;向德) adalah seorang tokoh yang hidup pada masa
kerajaan Silla Bersatu di Korea.
Namanya dikenal dalam cerita rakyat Korea sebagai tokoh yang rela memotong kakinya
sendiri demi memberi makan ibunya. Selain itu, babad Samguk Sagi
juga menuliskan cerita mengenai dirinya. Berbagai sumber sejarah lain
menuliskan bahwa Hyangdeok sebagai anak yang berbakti kepada orang tua (효자향덕).
Hyangdeok
Kisah
Hyangdeok
tercatat hidup pada tahun ke-14 masa pemerintahan Raja Gyeongdeok (755) di kota Gongju (propinsi Chungcheong Selatan), bersama ibunya yang
miskin. Pada tahun 755, terjadi kegagalan panen di Silla dan banyak orang
menderita kelaparan.
Ibu Hyangdeok menderita penyakit berbahaya, sejenis tumor yang telah menyebar
ke seluruh bagian tubuhnya. Tumor tersebut kemudian membengkak di bagian kaki
ibunya dan menyebar ke tulang. Hyangdeok berusaha menyembuhkan ibunya dengan
cara menghisap nanah di tumor tersebut setiap malam,
namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan.
Hyangdeok
menemui seorang tabib dan menanyakan obat atau perawatan
apa yang dapat menyembuhkan tumor. Tabib itu menyesalkan bahwa tumor yang telah
menyebar ke tulang tidak dapat disembuhkan. Ia mungkin bisa membedahnya, namun
tidak mungkin dengan kondisinya yang sangat lemah. Tabib itu menyarankan agar
ibunya memakan makanan yang bergizi seperti daging sapi
untuk untuk dapat sembuh. Bagaimanapun juga Hyangdeok tidak mampu untuk membeli
daging sapi dan makanan tersebut sulit dijumpai pada masa kelaparan seperti
itu.
Sesampainya
di rumah, setelah berpikir dalam-dalam, Hyangdeok memotong daging di bagian
kakinya dan memasaknya untuk ibunya. Melihat masakan yang disajikan Hyangdeok,
ibunya merasa keheranan karena tidak mudah untuk mendapatkan daging sapi pada
saat-saat sulit seperti itu. Hyangdeok berbohong bahwa ia mendapatkannya dari
tetangga yang menyembelih sapi
dan menyembunyikan luka di kakinya. Setelah makan masakan itu, kondisi ibunya
perlahan-lahan menjadi semakin baik dan akhirnya mulai bisa berdiri kembali.
Namun, akibatnya kaki Hyangdeok menjadi pincang. Suatu hari saat ia sedang
mencari ikan di
sungai
dengan kakinya yang luka. Seorang pejabat kerajaan yang melewati sungai itu dan
melihat kakinya yang berdarah. Kemudian, ia bertanya pada Hyangdeok apa yang
terjadi pada kakinya dan Hyangdeok menceritakan hal tersebut padanya. Pejabat
tersebut menjadi terharu dan melaporkan hal tersebut ke istana. Raja
Gyeongdeok yang mendengar pengorbanan Hyangdeok kepada ibunya merasa tersentuh
dan memerintahkan agar Hyangdeok dihadiahkan 300 karung beras, sebuah rumah dan tanah untuk dikerjakan. Di
Gongju sampai kini terdapat tugu yang
dibangun oleh pemerintahan lokal pada saat itu untuk menghargai pengorbanan
Hyangdeok.
Post by : Hwa Geum Yeon
Source : Wiki
Kisah Arang
Arang - gak,
(kuil Arang) di Miryang.
Kisah
Arang (아랑전설)
adalah sebuah legenda
rakyat yang berasal dari Miryang, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan,
tentang seorang gadis
yang dibunuh dan arwahnya bangkit untuk membalas dendam atas kematiannya.
Pada
tahun 1600-an, pada masa pemerintahan Raja Myeongjong (Dinasti Joseon),
di Miryang, Gyeongsang, terdapat seorang hakim bernama Yun. Hakim
Yun memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Arang.
Seorang pelayan di rumah hakim Yun yang bernama Jugi, tertarik pada Arang
dan selalu menggodanya. Ia mencoba memperkosa Arang, namun gagal sehingga ia
pun membunuhnya dan menguburkan mayatnya di tempat yang tak diketahui. Segera
tersiar kabar ke seluruh kota bahwa Arang telah hilang. Hakim Yun menjadi
sangat sedih dan kembali ke Hanyang
tanpa putrinya.
Setelah
hakim Yun turun dari jabatannya, beberapa hakim yang lain bergantian mengisi
jabatan di Miryang dikarenakan pada setiap malam setelah naik jabatan, satu per
satu meninggal secara misterius. Seorang pemuda yang berani dan ingin tahu
bernama Yi berusaha mencalonkan diri menjadi hakim selanjutnya. Pada malam
pertamanya setelah diangkat menjadi hakim, pemuda tersebut didatangi oleh
seorang wanita berambut panjang yang berlumuran darah yang tidak lain adalah
Arang. Setelah menceritakan kisahnya pada pemuda itu, hantu Arang mengatakan
bahwa besok ia akan menjadi seekor kupu-kupuputih untuk menunjukkan siapakah orang yang telah membunuhnya. Keesokan
paginya, hakim baru itu memanggil semua pelayannya. Lalu seekor kupu-kupu
berwarna putih terbang dan mendarat di topi salah satu pelayannya, yakni Jugi.
Hakim itu lalu menginterogasi Jugi. Pada awalnya Jugi membantah, namun akhirnya
mengaku bahwa ialah yang telah membunuh Arang dan menguburkan mayatnya di
rumpun bambu dekat Paviliun Yeongnam. Setelah digali, ternyata jenazah Arang
masih utuh, kemungkinan karena arwahnya masih penasaran. Setelah Jugi dihukum,
hantu Arang tak pernah muncul lagi. Sampai sekarang, di Miryang masih diadakan
peringatan setiap tanggal 16 bulan ke-4 kalender lunar untuk mengenang Arang
dan sebuah kuil dibangun untuknya. Post by : Hwa Geum Yeon
Source : Wiki
artikel yg bagus chingu. saya ijin contek,tentu sumber akan disertakan :)
BalasHapus