Sabtu, 02 Juni 2012

Drama Korea di TV Nasional Mulai Kehilangan Pamor?

The Princess’ Man dihentikan penayangannya di tengah jalan

PRODUK hiburan Korea memang sudah go international. Indonesia pun tengah mengalami demam Korea.

Coba tengok kios majalah terdekat. Ada banyak majalah yang khusus membahas artis Korea, entah itu berisi berita, atau sekadar kumpulan poster. Konser penyanyi / boyband Korea terus digelar di Jakarta. Semester pertama 2012 ini saja, sudah ada B2ST, Super Junior, dan Jay Park yang manggung di sini. Menyusul Xia Junsu “JYJ”, MBLAQ, dan Big Bang yang dijadwalkan konser di Jakarta tahun ini. Hallyu alias Korean Wave (Gelombang Korea) tengah gencar menghantam kita.

Tapi, agak sulit mengharapkan serial Korea merajai TV nasional. Drama Korea sudah dianggap produk impor yang membahayakan produk lokal di Jepang dan Taiwan. Tahun lalu, seorang aktor Jepang mengeluh di Twitter banyaknya drama Korea yang tayang di TV Jepang membuat dorama Jepang tak lagi jadi primadona di negeri sendiri. Hal ini lantas membuat sejumlah kelompok menggelar demonstrasi besar-besaran di Fuji TV, stasiun TV Jepang yang banyak menayangkan acara Korea. Di Taiwan, meski tak sampai demo, lembaga penyiaran setempat sudah meminta stasiun GTV untuk mengurangi tayangan Korea khususnya di primetime.

Oke, mungkin terlalu jauh menjadikan Taiwan dan Jepang sebagai pembanding. Di Malaysia, saat ini stasiun TV nasional bernama 8TV sedang tayang drama Korea Secret Garden, setiap Senin-Jumat pukul 20.30 waktu setempat. Sementara di Singapura, serial Jumong tayang Senin-Jumat pukul 19.00 waktu setempat.

Bagaimana dengan TV Indonesia? Antv beberapa waktu lalu nekad menayangkan Full House di slot super primetime secara stripping, pukul 20.00 WIB. Di luar dugaan, serial yang pernah beberapa kali tayang di Indosiar ini meraih rating dan share yang lumayan, bahkan istimewa untuk sebuah program rerun. Episode terakhir bisa menembus 20 besar dengan share 9,4. Tapi setelah tamat dan digantikan Glory Jane, masuk 100 besar pun tidak.

Indosiar yang lebih dulu menayangkan serial Korea, sempat memberikan 3 slot untuk drama Korea siang-sore hari: pukul 12.00, 13.30, dan 16.30. Semua merupakan serial yang tayang di Indonesia untuk pertama kali. Tentu ada alasan mengapa Indosiar berani memberikan 3 slot untuk serial Korea. Penambahan slot dari 1 menjadi 3 ini terjadi setelah serial Cruel Temptation berhasil meraih share rata-rata 19 persen.

Strategi ini terbilang berhasil. Pada Juli 2011, serial Naughty Kiss dan Dong Yi yang tayang siang hari berhasil meraih TVR di atas 3 dan share di atas 20. Angka ini bahkan lebih bagus dari sinetron stripping Indosiar yang tayang primetime.

Tapi, belakangan popularitas drama Korea terus menurun. Terlihat dari rendahnya rating The Princess’ Man, yang membuat Indosiar menghentikannya di tengah jalan. Penggantinya yang berjudul Protect The Boss juga tak bisa berbuat banyak. TVR di kisaran 1, dengan share kurang dari 10. Slot drama Korea sore pukul 16.30 pun sudah tidak ada, diganti program Buaya Show.
Apa yang membuat serial Korea di TV nasional tak seperkasa dulu?

Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama: salah pilih judul. Menengok jam tayangnya yang kebanyakan siang, tentu stasiun TV menargetkan penonton ibu-ibu atau pelajar yang pulang sekolah. Kalau kalangan pekerja, rasanya tak mungkin bisa mengikuti. Mereka biasanya menonton serial Korea di TV berbayar, DVD bajakan, atau mengunduh di internet.

Karenanya, jika TV sini menayangkan serial yang berkisah tentang orang kantoran, mungkin sulit diterima oleh segmen ibu-ibu dan remaja. Ibu-ibu lebih suka dengan drama perselingkuhan berbalut dendam penuh intrik seperti Cruel Temptation atau Pink Lipstick. Sementara remaja, lebih suka serial berlatar sekolah macam Naughty Kiss atau Dream High. Terbukti Naughty Kiss yang kini tayang ulang, ratingnya jauh lebih bagus dari Protect The Boss yang baru pertama tayang.

Kemungkinan kedua: tren sedang bergeser. Produk lokal masih menjadi raja di negeri sendiri. Sinetron yang tayang ulang pun masih berpotensi memikat penonton. Terbukti sinetron rerun Kugapai Cintamu, lebih unggul dari rerun Bread, Love, and Dreams yang tayang bersamaan.

Kemungkinan ketiga: penonton mulai jenuh. Di era ‘90-an, tentu pembaca ingat stasiun TV berlomba-lomba menayangkan telenovela. Kala itu, SCTV bahkan pernah menyediakan 5 slot dalam sehari untuk telenovela. Tapi seiring berjalannya waktu, pamornya meredup. Banyak telenovela era 2000-an yang tayang tak sampai selesai, seperti; Tahanan Cinta, Tipuan Cinta, dan Hidden Passion. Belakangan, telenovela tak lagi terdeteksi di TV nasional. Padahal di Malaysia, TV3 masih memiliki slot Telenovela pukul 15.00 waktu setempat.

Lalu apa yang harus dilakukan pihak TV untuk mengembalikan kejayaan drama Korea? Well, harus pintar membaca momen. Mengingat saat ini musim liburan sekolah, ada baiknya menayangkan serial berlatar kehidupan sekolah. Dream High 2, misalnya. Promo yang gencar, dengan mendatangkan pemainnya, bisa meningkatkan awareness masyarakat akan keberadaan serial Korea.***


Credit :tabloid bintang via IniSajaMo
Written By : Panditio Rayendra
- HGY -



TAKE OUT WITH FULL CREDIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar